Tuesday 10 May 2011

ETIKA PERGAULAN DAN BATAS PERGAULAN DI ANTARA LELAKI DAN WANITA MENURUT ISLAM....

ETIKA PERGAULAN DAN BATAS PERGAULAN DI
ANTARA LELAKI DAN WANITA MENURUT ISLAM.
1.Menundukkan pandangan:
ALLAH memerintahkan kaum lelaki untuk menundukkan pandangannya,
sebagaimana firman-NYA; Katakanlah kepada laki-laki yangberiman: Hendaklah
mereka menahan pandangan nya dan memelihara kemaluannya. (an- Nuur: 30)
Sebagaimana hal ini juga diperintahkankepada kaum wanita beriman, ALLAH
berfirman; Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka
menahan pandangan nya dan memelihara kemaluannya. (an-Nuur: 31)
2.Menutup Aurat;
ALLAH berfirman dan jangan lah mereka mennampakkan perhiasannya, kecuali
yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka melabuhkan kain
tudung ke dadanya. (an-Nuur : 31) Juga Firman-NYA; Hai nabi, katakanlah
kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
Hendaklah mereka melabuhkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenali, kerana itu mereka tidak
diganggu. Dan ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (an-
Nuur: 59). Perintah menutup aurat juga berlaku bagi semua jenis. Dari Abu Daud
Said al-Khudri r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seseorang
lelaki memandang aurat lelaki, begitu juga dengan wanita jangan melihat aurat
wanita.
3.Ada nya pembatas antara lelaki dengan wanita;
Kalau ada sebuah keperluan terhadap kaum yang berbeza jenis, harus
disampaikan dari balik tabir pembatas.Sebagaimana firman-NYA; Dan apabila
kalian meminta sesuatu kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari
balik hijab.(al-Ahzaab : 53)
4.Tidak berdua-duaan Di Antara Lelaki Dan Perempuan;
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Saya mendengar Rasulul lah SAW bersabda:
Janganlah seorang lelaki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali
bersama mahramnya. (Hadis Riwayat Bukhari & Muslim) Dari Jabir bin Samurah
berkata; Rasulullah SAW bersabda: Janganlah salah seorang dari kalian berdua-
duan dengan seorang wanita, kerana syaitan akan menjadi ketiganya. (Hadis
Riwayat Ahmad & Tirmidzi dengan sanad yang sahih)
5.Tidak Melunakkan Ucapan (Percakapan):
Seorang wanita dilarang melunakkan ucapannya ketika berbicara selain kepada
suaminya. Firman ALLAH SWT; Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah
seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk
dalam berbicara (berkata-kata yang menggoda) sehingga berkeinginan orang
yang ada penyakit di dalam hatinya tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan
yan g baik. (al-Ahzaab: 32) Berkata Imam Ibnu Kathir; Ini adalah beberapa etika
yang diperintahkan oleh ALLAH kepada para isteri Rasulullah SAW serta kepada
para wanita mukminah lainnya, iaitu hendaklah dia kalau berbicara dengan orang
lain tanpa suara merdu, dialam pengertian janganlah seorang wanita
berbicara dengan orang lain sebagaimana dia berbicara dengan suaminya.
(Tafsir Ibnu Kathir 3/ 350)
6.Tidak Menyentuh Kaum Berlawanan Jenis;
Dari Maqil bin Yasar r.a. berkata; Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan
jarum besi itu masih lebih baik daripada menyentuh kaum wanita yang tidak halal
baginnya. (Hadis Hasan Riwayat Thabrani dalam Mujam Kabir) Berkata Syaikh
al-Abani Rahimahullah; Dalam hadis ini terdapat ancaman keras terhadap orang-
orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (Ash-Shohihah 1/448)
Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat
penting seperti membaiat dan lain-lainnya. Dari Aishah berkata; Demi ALLAH,
tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun
saat membaiat. (Hadis Riwayat Bukhari) Inilah sebahagian etika pergaulan lelaki
dan wanita selain mahram, yang mana apabila seseorang melanggar semuanya
atau sebahagiannya saja akan menjadi dosa zina baginya, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW; Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya ALLAH menetapkan untuk anak adam bahagiannya dari zina,
yang pasti akan mengenainya. Zina mata dengan memandang, zina lisan
dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan- angan, lalu farji
yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya. (Hadis Riwayat Bukhari,
Muslim & Abu Daud) Padahal ALLAH SWT telah melarang perbuatan zina dan
segala sesuatu yang boleh mendekati kepada perbuatan zina. Sebagaimana
Firman-NYA; Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk. (al-Isra: 32)
Kenapa Couple Itu Haram?
SETELAH memerhatikan ayat dan hadis tadi, maka tidak diragukan lagi bahawa
bercouple itu haram, kerana beberapa sebab berikut:
1.Orang yang bercouple tidak mungkin menundukkan pandangannya
terhadap kekasihnya.
2.Orang yang bercouple tidak akan boleh menjaga hijab.
3.Orang yang bercouple biasanya sering berdua-duaan dengan pasangan
kekasihnya, baik di dalam rumah atau di luar rumah.
4.Wanita akan bersikap manja dan mendayukan suaranya saat bersama
kekasihnya.
5 .Bercouple identik dengan saling menyentuh antara lelaki dan wanita,
meskipun itu hanya berjabat tangan.
6.Orang yang bercouple, boleh dipastikan selalu membayangkan orang
yang dicintainya.
Dalam kamus bercouple, hal-hal tersebut adalah lumrah dilakukan, padahal
s

   atu hal saja cukup unt uk mengharamkannya, lalu apatah lagi kesemuanya
satu hal saja cukup unt uk mengharamkannya, lalu apatah lagi kesemuanya
atau yang lain-lainnya lagi?

Monday 9 May 2011

CIRI LELAKI AHLI SYURGA....

Sungguh kenikmatan-kenikmatan dalam al jannah tidak akan dicapai oleh indera manusia. Belum pernah dilihat oleh penglihatan siapa pun, belum pernah didengar oleh pendengaran siapa pun, dan belum pula terbetik dalam hati siapa pun. Demikianlah yang dikhabarkan Baginda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu: “Allah berfirman (artinya): ”Aku telah sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih (kenikmatan Al jannah) yang belum pernah dilihat mata, didengar telinga, serta terlintas di hati manusia. (HR. Muslim)
Kenikmatan-kenikmatan itu menggambarkan, rahmat Allah subhanahu wata’ala itu betapa luas tanpa batas, bagaikan hamparan tiada bertepi. Yang Allah subhanahu wata’ala sedialam bagi hamban-hamba-Nya yang shalih. Tapi itu bukan semata-mata hasil amal shalih yang dilakukan oleh seorang hamba, sekalipun ia seorang nabi. Bahkan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai Imamul Anbiya’ (pemimpin para nabi), ia adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu al jannah, hal itu bukan semata disebabkan amal shalih yang ia usahakan, namun berkat rahmat Allah subhanahu wata’ala.
“Sungguh bukanlah seseorang itu masuk al jannah karena amalannya.
Para shahabat bertanya: “Demikian juga engkau wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam Beliau berkata: “Demikian juga saya, melainkan Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat-Nya kepadaku. (HR. Al Bukhari dan Muslim )
Penghuni al jannah memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya:
1. Berperawakan seperti Adam. Dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Maka setiap orang yang masuk al jannah wajahnya seperti Adam dan tingginya 60 hasta, setelah Adam manusia terus mengecil hingga sampai sekarang.” (Muttafaqun ‘alaihi)
2. Berusia masih muda. Dari shahabat Syahr bin Husyab radhiallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:
“Penghuni al jannah akan masuk ke dalam al jannah dengan keadaan rambut pendek, jenggot belum tumbuh, mata bercelak, dan berusia tiga puluh tahun atau tiga pulu tiga tahun.” (HR. At Tirmidzi, dihasankan Asy Syaikh Al Albani. Keraguan ini berasal dari perawi, namun dalam riwayat Ahmad, Ibnu Abi Dunya, Ath Thabarani dan Al Baihaqi dengan riwayat tegas tanpa ada keraguan yaitu berusia 33 tahun. Lihat Tuhfatul Ahwadzi 7/215)
Orang pertama kali yang mengetuk pintu al jannah, lalu membukanya dan kemudian memasukinya adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Dari shahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Saya adalah orang yang paling banyak pengikutnya pada Hari Kiamat dan saya adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu Al Jannah.” (HR. Muslim )
Masih dari shahabat Anas bin Malik namun dalam riwayat At Tirmidzi, dengan lafadz:
“Saya adalah orang yang pertama kali keluar jika mereka dibangkitkan. Saya adalah orang pertama kali bicara, jika mereka diam. Saya adalah pemimpin mereka, jika mereka dikirim. Saya adalah pemberi syafaat kepada mereka, jika mereka tertahan. Saya adalah pemberi berita gembira, jika mereka putus asa. Panji pujian ada digenggaman tanganku. Kunci-kunci al jannah ada ditanganku. Saya adalah keturunan Adam yang paling mulia di sisi Rabb-ku dan tidak ada kebanggaan melebihi hal ini. Saya dikelilingi seribu pelayan setia laksana mutiara yang tersimpan.”
Sekalipun umat Islam ini adalah umat terakhir, namun Allah subhanahu wata’ala (dengan rahmat-Nya yang luas) memilihnya sebagai umat yang pertama kali masuk al jannah. Dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kita adalah umat terakhir namun paling awal pada hari kiamat. Kita adalah umat yang pertama kali masuk al jannah, meskipun mereka diberi kitab sebelum kita, dan kita diberi kitab sesudah mereka.” (HR. Muslim )
Selain itu, Allah subhanahu wata’ala pun menampilkan umat Islam dengan penampilan yang amat indah. Masih dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Rombongan pertama yang masuk Al Jannah laksana bulan purnama, sedangkan rombongan berikutnya bagaikan bintang yang paling berkilau di langit.”
(HR. Al Bukhari, Muslim )
Lalu, siapakah di antara umat Islam yang pertama kali masuk al jannah? Hal yang sama pernah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tanyakan kepada para shahabatnya. Seraya mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Barulah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan: “Mereka adalah kaum faqir Muhajirin yang terlindungi dari hal-hal yang dibenci. Salah seorang dari mereka meninggal dunia sementara kebutuhannya masih ada di dadanya namun ia tidak mampu menunaikannya. Para Malaikat berkata: ” Ya Rabb-kami, kami adalah para malaikat-Mu, penjaga-Mu, dan penghuni langit-Mu, janganlah Engkau dahulukan mereka daripada kami memasuki jannah-Mu! Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Mereka adalah hamba-hamba-Ku yang tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Mereka terlindungi dari hal-hal yang dibenci.
Ada salah seorang diantara mereka meninggal dunia sementara kebutuhannya masih ada di dadanya yang tidak mampu ia tunaikan. Mendengar jawaban Allah seperti itu, para malaikat segera masuk ketempat mereka dari semua pintu seraya berkata,” Salam sejahtera untuk kalian atas kesabaran kalian. Ini adalah sebaik-baik tempat tinggal.” (HR. Ahmad dan At Thabarabi, dari shahabat Abdullah bin Umar)
Sementara dalam riwayat Al Imam Muslim dan At Tirmidzi menjelaskan selisih waktu antara rombongan orang-orang fakir dengan orang-orang kaya masuk ke dalam al jannah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Orang-orang fakir kaum Muhajirin masuk Al Jannah mendahului orang-orang kaya dari mereka, dengan selisih waktu 40 tahun.” (HR. Muslim )
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku tahu penghuni neraka yang paling akhir keluar dari neraka dan penghuni al jannah yang paling akhir masuk al jannah. Dia keluar dari neraka dengan merangkak. Allah berfirman kepadanya, ‘Pergilah ke al jannah (surga) dan masuklah ke dalamnya!’ Orang tersebut bergegas pergi ke jannah dan tergambar dalam pikirannya bahwa al jannah itu telah penuh sesak. Maka ia pun kembali dan berkata kepada Allah, ‘Wahai Rabbku, aku dapati al jannah telah penuh!’ Allah pun berfirman kepadanya, ‘Pergilah ke al jannah dan masuklah ke dalamnya! Sesungguhnya engkau berhak atas nikmat sebesar dunia dan sepuluh kali lipatnya.’ Orang tersebut berkata, ‘Wahai Rabbku, apakah Engkau mengejekku dan menertawakanku, karena Engkau Sang Raja Penguasa?”
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Kulihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya.” Beliau bersabda: “Itulah derajat penghuni al jannah yang paling rendah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim )
Kenikmatan tertinggi di dalam al jannah adalah melihat wajah Rabbul ‘alamin. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya): “Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaikb berupa surga dan ada tambahannya. Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dengan kehinaan. Mereka Itulah penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya.” (Yunus: 25-26)
Doa Mohon Dimasukkan Al-Jannah dan Dijauhkan dari An-Naar

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berdo’a:
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu al jannah (surga) beserta segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari an nar (neraka) beserta segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan”. (HR. Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah)

CIRI WANITA AHLI SYURGA....

Setiap insan pasti sangat mendambakan syurga, baik itu laki-laki maupun perempuan. Dan tentunya untuk bisa menggapai syurga dibutuhkan perjuangan, kesabaran, keikhlasan dan keistiqomahan dalam berbuat baik serta memperbaiki diri untuk semakin menjadi lebih baik. Berikut beberapa poin yang Insya Allah akan menjadi tuntunan bagi kaum Hawa yang sangat mendambakan syurga dan bagi kaum Adam yang juga sangat mendambakan bidadari penghuni syurga kelak. Amiiin.
  1. Ridho dengan suami yang dijodohkan oleh Allah SWT.
  2. Menjadi istri yang setia kepada suaminya dikala senang dan susah.
  3. Selalu memohon maaf kepada suaminya.
  4. Senantiasa mendahulukan suami dalam segala keadaan.
  5. Senantiasa menghibur hati suami terutama bila suami dalam kesusahan.
  6. Bila dipandang suami senantiasa menyenangkan.
  7. Melembutkan pandangan dan tunduk apabila dihadapan suami.
  8. Tidak pernah menolak apabila disentuh suami kapanpun ia perlu.
  9. Tidak berkhianat terhadap harta, perkara dan sebagainya tatkala suami tidak ada.
  10. Senantiasa hormat kepada suami dan ibu/bapak serta keluarga suami.
  11. Selalu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan untuk suami.
  12. Selalu bersih dan bersolek untuk membahagiakan hati suami bila dipandang.
  13. Tidak pernah menunjukkan wajah yang muram dan berlaku kasar kepada suami.
  14. Menyambut pulangnya suami dengan senyum dan mencium tangan suami.
  15. Tidak pernah keluar rumah tanpa izin suami.

BATASAN AURAT LELAKI DAN PEREMPUAN....

Apa itu aurat?
Aurat adalah suatu kehormatan diri bagi seseorang, yang wajib dijaga dan dipelihara sepanjang masa. Walau di dalam apa jua keadaan, menjadi kewajipan ke atas umat Islam menutup aurat. Definisi lain ialah sesuatu yang tidak dibenarkan wanita mempersembahkannya di hadapan lelaki ajnabi ataupun sebaliknya.
Dalil-dalil berkenaan penjagaan aurat :
Maksud ayat al-Quran,
Wahai anak Adam! Pakailah pakaian kamu yang indah dan berhias pada tiap-tiap kali kamu pergi tempat ibadat ( masjid ) dan makan serta minumlah. Dan jangan kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.
(al-A`raaf 7:31)
Rasulullah saw bersabda:
“Aurat mukmin terhadap mukmin yang lain adalah haram.”
(Hadith Riwayat Aththahawi)
“Jagalah auratmu kecuali terhadap isterimu atau budak(hamba) wanita yang kamu miliki. Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah, bagaimana kalau dia sedang bersendirian?’ Nabi saw menjawab, “Allah lebih berhak (patut) kamu berasa malu.”
(Hadith Riwayat Bukhari)
“Jika seorang anak wanita telah mencapai usia baligh, tidak pantas terlihat darinya selain wajah dan kedua telapak tangannya sampai bahagian pergelangannya.”
(Hadith Riwayat Imam Abu Daud daripada Qatadah)
Jadi berdasarkan dali-dalil di atas menjadi kewajipan ke atas kita menjaga aurat,Maka hukum di sini jika kita membukanya adalah haram dan ditegah dalam agama. Kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu contohnya untuk perubatan. Orang-orang yang suka mendedah aurat mereka pasti akan di azabkan dengan azab yang pedih di akhirat kelak
Batasan-batasan aurat :
A.Aurat di khalayak awam
1. Aurat lelaki di khalayak ramai ialah antara pusat dan lutut. Namun begitu dia dilarang keluar rumah seperti ke pejabat atau pasar hanya dengan menutup bahagian itu kerana nilai adab turut dihormati oleh Islam dalam pembinaan syarak.
2. Aurat perempuan di khalayak ramai ialah seluruh tubuh badan, kecuali muka dan dua tapak tangan. Namun jika wajah yang dimilikinya sangat cantik, sehinggakan menimbul fitnah, wajib ditutup wajahnya.
B.Aurat dengan ahli keluarga
1. Bagi Lelaki, antara pusat dan lutut
2. Bagi perempuan, antara pusat dan lutut
C.Aurat sesama jantina (dengan syarat tiada fitnah)
1.Aurat Lelaki dengan lelaki, antara pusat dan lutut
2.Aurat perempuan dengan perempuan, antara pusat dan lutut
*Jika menimbulkan fitnah wajib ditutup seluruh tubuh badan.
D.Aurat ketika berkhalwat di dalam bilik (sunyi dari pandangan)
1.Aurat lelaki, antara pusat dan lutut dan setengah ulama berpendapat hanya dua kemaluan yang wajib ditutup.
2. Aurat perempuan, antara pusat dan lutut
Etika menutup aurat
1.Berpakaian mengikut garisan syarak, yang mana mesti menutup aurat. Aurat bagi lelaki ialah antara pusat hingga ke lutut. Bagi perempuan ialah seluruh tubuh badannya, kecuali muka dan kedua tangan hingga ke pergelangannya. Aurat ini wajib ditutupi dari pandangan penglihatan manusia umum. Haram diperlihat dan haram melihatnya
2.Tidak menyerupai dengan kaum yang engkar kepada Allah. Seperti pakaian ahli gereja, ahli ibadat agama lain atau pakaian yang menjadi symbol kepada ahli kemungkaran, seperti ahli muzik, pelacur dan sebagainya.
3. Pakaian yang dipakai mestilah menutup susuk tubuh badan. Iaitu pakaian yang longgar dengan kesesuaian tubuh badan. Pakaian yang ketat atau sendat, tetap haram sekalipun pada zahir ia telah menutup aurat. Ia adalah kerana susuk tubuh badan merupakan aurat yang perlu dijaga.
4. Pakaian yang tidak bercorak atau berwarna-warni, yang ada daya penggamit pandangan.
Hukum melihat aurat
Haram bagi seseorang melihat kepada aurat orang lain sekalipun sesama jenis, seperti melihat seorang lelaki kepada aurat seorang lelaki dan perempuan melihat aurat perempuan. Lebih berat lagi jika memandang kepada aurat yang berlainan jenis seperti seorang lelaki melihat kepada aurat perempuan dan sebaliknya. Apatah lagi melihat kepada artis perempuan masa kini
Dimaafkan jika terlihat sekilas pandangan sahaja, tanpa memakukan pandangan ke tempat haram tersebut atau mengikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua
Namun jika melihat kepada aurat sendiri ia dimakruhkan, samada seorang lelaki ataupun perempuan. Makruh juga membuka aurat di tempat yang sunyi dari pandangan manusia seperti di dalam bilik secara bersendirian.
Jika terpaksa, seperti perubatan, harus bagi seorang ahli perubatan sesama jenis dengan pesakit melihat kepada aurat pesakit tersebut, tanpa ada mahram yang menemani. Seperti ahli perubatan perempuan melihat kepada aurat pesakit perempuan dan sebaliknya.
Jika ahli perubatan berlainan jenis dengan pesakit, seperti ahli perubatan lelaki dan pesakit perempuan, diwajibkan ada bersama mahram yang menemani dan dengan syarat tiadanya ahli perubatan perempuan di sana. Ketika ini, haruslah melihat kepada aurat pesakit tersebut.
Kesimpulan,
Telah menjadi kewajipan kita semua untuk menegah segala kemungkaran mengikut kemampuan kita masing-masing. Dan kewajipan ke atas kita juga untuk bersama-sama membendung gejala negatif tersebut dari tersebar lebih meluas tanpa batasannya.


Saturday 7 May 2011

ISTIKHLAF....


Istikhlaf bererti imam digantikan oleh salah seorang daripada makmumnya (lalu menjadi imam) bagi menyempurnakan solat mereka, disebabkan keuzuran imam pertama itu.
Jika imam keluar daripada solatnya disebabkan berhadas, atau biarpun dengan tiada sebab, adalah diharuskan bagi salah seorang makmum menggantikannya.

Hadis: "Ketika Nabi SAW sedang sakit tenat, datang Bilal untuk memberitahu Baginda tentang solat. Maka Nabi SAW menyuruhnya supaya mengatakan kepada Abu Bakar agar mengimami orang ramai. Saya berkata: "Abu Bakar adalah seorang lelaki yang penyedih dan jika dia berdiri mengambil tempatmu (solat), dia akan menangis dan tidak mampu membaca Al-Qur’an." Nabi SAW bersabda: "Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami solat." Saya pun mengatakan hal yang sama seperti di atas. Beliau (mengulangi perintah yang sama) pada ketiga atau keempat kalinya Baginda bersabda: "Kamu adalah (macam) sahabat-sahabat Yusuf. Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami solat." Maka Abu Bakar mengimami solat. Kemudian Nabi SAW datang dengan bantuan dua orang lelaki; seakan-akan baru saja aku melihat Baginda memijakkan kakinya ke tanah. Pada waktu Abu Bakar melihatnya, dia mencuba untuk berundur tetapi Nabi SAW memberi isyarat kepadanya untuk tetap solat. Abu Bakar berundur sedikit dan Nabi SAW duduk di sebelah kirinya. Abu Bakar memperdengarkan takbir kepada orang ramai." (HR Bukhari)
Disyaratkan bagi makmum yang menggantikan imam itu adalah pengganti (khalifah/mustakhlif) yang sah menjadi imam kepada jemaah yang lain. Jika imam itu diganti oleh makmum yang kurang fasih dalam bacaan fatihah (ummiyan), atau orang bisu, atau orang yang tidak jelas bacaannya seperti mendengungkan pada tempat yang tidak dengung serta mengubah bacaan, maka tidak sah solat makmum yang lain jika mengikutinya, kerana ia tidak sah menjadi imam.
Disyaratkan juga imam itu diganti oleh makmum yang berada di saf pertama betul-betul di belakang imam. (nota sampingan: makmum saf pertama di belakang imam adalah bertanggungjawab untuk menegur imam di kala kesilapan bacaan dan perbuatan solat dengan isyarat bacaan "Subhanallah")
Imam yang keluar itu hendaklah keluar dengan tertib, sekurang-kurangnya beralih ke kirinya jika tiada luang kosong untuk ia mundur. Kemudian makmum yang mengganti imam itu hendaklah pula maju ke hadapan dengan tidak lebih dari dua pergerakan langkah. Tempatnya yang kosong di saf hendaklah pula diisi oleh makmum lain, sama ada di sebelah atau di belakang, dengan tidak lebih dari dua pergerakan langkah.
Istikhlaf hendaklah dilakukan dengan serta-merta. Jika imam keluar daripada jemaah sedangkan makmum telahpun lanjut melakukan satu rukun, maka ditegah penggantiannya selepas itu. Juga ditegah penggantiannya jika makmum tersebut diam terlalu lama dengan kadar berlalunya satu rukun, sama ada rukun fi‘li (perbuatan) atau rukun qauli (percakapan). Sekiranya didapati tiada sesiapa yang maju menggantikan imam, maka makmum diperbolehkan mufaraqah (berpisah) dari berjemaah dan meneruskan solat bersendirian.
Tidak disyaratkan ke atas makmum dalam istikhlaf untuk berniat lagi untuk menjadi makmum, kerana mustakhlif (pengganti) itu sudah dalam kedudukan imam yang awal.
Cara Istikhlaf Dalam solat
Apabila seorang mustakhlif menggantikan imam dalam solat yang sama atau bilangan rakaat yang sama, maka sah penggantian tersebut di mana-mana rakaat pun kerana mustakhlif itu mengikuti tertib imam sebelumnya dan tidak membawa kepada percanggahan.
Adapun jika diganti oleh seorang yang di luar solat (mustakhlif bukan daripada kalangan makmum, dan terus masuk menjadi imam), maka menurut pendapat Imam Nawawi dan jumhur ulama adalah diharuskan istikhlaf dengan syarat mustakhlif tersebut menggantikan imam pada rakaat pertama, atau rakaat ketiga (pada solat yang empat rakaat) kerana tidak akan bercanggah dengan tertib makmum yang mengikutinya.
Jika berlaku percanggahan dalam tertib, maka tidaklah diharuskan istikhlaf. Contohnya ialah apabila seorang yang di luar solat mengganti imam pada rakaat kedua atau rakaat terakhir, dan dia (pengganti) itu akan bangun berdiri bagi rakaatnya yang pertama sedangkan makmum yang lainnya duduk tahiyat awal (atau tahiyat akhir) di rakaat mereka.
Jika makmum yang masbuq menggantikan imam yang keluar daripada jemaah hendaklah dia menjaga tertib imam tersebut, sebagaimana perbuatannya jika imam belum keluar daripada jemaah. Sebagai contoh, jika makmum yang masbuq pada rakaat kedua dalam solat subuh, kemudian imam itu berhadas lalu diganti oleh makmum yang masbuq itu, maka makmum yang menggantikan itu hendaklah menjaga tertib imam pertama dengan menyambung perbuatan sebagaimana yang perlu dilakukan di dalam rakaat kedua dalam solat subuh iaitu berqunut, duduk dan bertasyahud biarpun pada asalnya dia baru melakukan satu rakaat.
Selepas itu baharulah mustakhlif yang masbuq itu bangkit semula (tanpa salam) untuk menggenapkan solat dua rakaatnya, lalu berqunut lagi pada rakaat keduanya itu bagi dirinya sendiri sahaja (doa qunut bersendirian dan bukan qunut berjemaah). Para jemaah yang mengikuti mustakhlif yang masbuq tersebut ada dua pilihan pada tahiyyat akhir tadi iaitu sama ada berniat mufaraqah (berpisah daripada imam) dan terus memberi salam, ataupun duduk menunggu mustakhlif itu dan memberi salam bersama-samanya.
Makmum-makmum masbuq yang bangkit semula untuk menyempurnakan solat mereka setelah sempurna solat berjemaah adalah diperbolehlah kepada salah seorang daripada mereka yang masbuq itu untuk maju ke hadapan menjadi imam dan makmum masbuq yang lain itu boleh mengikutinya. Istikhlaf sebegini adalah diharuskan kecuali dalam solat Jumaat kerana tidak harus mendirikan lagi solat Jumaat selepas selesai dikerjakannya.
Istikhlaf Dalam solat Jumaat
Apabila imam keluar selepas membaca dua khutbah dan sebelum mengangkat takbiratul ihram bagi solat Jumaat, adalah diharuskan menggantikannya jika mustakhlif itu juga turut menghadiri khutbah. Jika ia tidak menghadiri khutbah maka dia tidak diharuskan mengganti imam itu.
Jika imam keluar daripada solat selepas mengangkat takbiratul ihram pada rakaat pertama solat Jumaat dan sebelum rukuk di rakaat kedua, adalah harus dia diganti oleh mustakhlif yang bersama imam sebelum imam keluar daripada jemaah itu, kerana mustakhlif itu dikira tergolong dalam ahli Jumaat. Jika ia tidak bersama imam sebelum dia keluar daripada solat, maka tidak diharuskan ia mengimamkan solat itu kerana dia tidak tergolong dalam ahli Jumaat.
Manakala jika imam itu keluar selepas rukuk dalam rakaat kedua solat Jumaat, imam tidak harus diganti oleh mustakhlif yang tidak bersama imam sebelum dia keluar daripada jemaah. Akan tetapi jika mustakhlif itu bersama imam sebelum imam keluar daripada jemaah tetapi dia tidak bersama imam sebelum rukuk pada rakaat kedua (mustakhlif masbuq), maka difardhukan ke atas mustakhlif itu solat Zohor.
Makmum yang bersolat Jumaat diharuskan pula mengikuti mustakhlif yang difardhukan ke atasnya solat Zohor itu. Akan tetapi hendaklah mustakhlif itu menjaga tertib imam yang awal. Manakala makmum yang mengikutinya ada dua pilihan, antara memberi salam dengan niat mufaraqah atau makmum menunggu mustakhlif dan memberi salam bersamanya. Cara ini adalah yang lebih afdhal dilakukan.

WAKTU SOLAT....


Waktu solat adalah peruntukan tempoh atau selang masa tertentu bagi masyarakat muslim menjalani syariat solat sama ada fardhu ataupun sunat. Penyusunan waktu solat fardhu telah diajarkan sendiri oleh Malaikat Jibrail kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Waktu solat adalah piawai bagi masyarakat muslim seluruh dunia. Terutama bagi solat fardhu, waktunya ditetapkan mengikut peredaran matahari dan bukan mengikut selang masa yang tetap. Hal ini disebabkan oleh faktor geografi, bentuk bumi, kecondongan paksi bumi dan peredaran bumi dalam orbitnya yang berbentuk elips. Kerana itu waktu solat boleh berubah mengikut pertukaran musim disebabkan perbezaan kadar siang dan malam.

Isi kandungan

 


Waktu Solat Fardhu


Solat Zohor

Waktu Zohor/Zuhur (ﻇﻬﺮ) bermula daripada gelincir matahari dari kedudukan tengah langit hingga bayang-bayang suatu benda menyamai panjangnya. Secara umumnya, zohor bermula apabila bayang-bayang sudah cenderung ke arah barat.


Solat Asar

Waktu Asar (ﻋﺼﺮ) bermula apabila sesuatu bayang objek melebihi kepanjangan sebenar sehingga matahari mula terbenam.
Haram menta'khirkan atau melewatkan solat asar sehingga tinggal waktu yang tidak sempat untuk dikerjakan.


Solat Maghrib

Waktu Maghrib (ﻣﻐﺮﺏ) bermula apabila matahari terbenam (hilang bentuk bulatannya) hingga hilang cahaya kemerahan di kaki langit.
Bagi kawasan atau negeri yang tidak hilang cahaya tersebut (kawasan seperti kutub), maka dikira kadar panjang atau tempoh yang sama bagi kawasan atau negeri yang berhampiran yang mengalaminya.


Solat Isyak

Waktu Isya'/Isyak (ﻋﺸﺎﺀ) bermula apabila hilang cahaya merah di kaki langit hingga terbit fajar sadiq. Waktu isya adalah waktu solat yang paling lama iaitu sepanjang malam.


Solat Subuh

Waktu Subuh (ﺻﺒﺢ) bermula dari naik fajar sadiq sehingga terbitnya matahari atau dikenali sebagai Syuruk.


Waktu Solat Sunat

Tidak semua solat sunat mempunyai waktu tertentu melainkan beberapa solat sunat. Waktu-waktunya adalah mengiku kelaziman waktu solat Nabi Muhammad s.a.w. antara solat sunat yang dilakukan mengikut waktu tertentu:
  • Solat dhuha - dilakukan ketika waktu matahari baru naik (mengikut pandangan sesetengah ulama, pada ketinggian segalah atau tujuh hasta)
  • Solat dua Hari Raya - dilakukan pada waktu pagi hari raya yang pertama bagi kedua-dua jenis hari raya dan lazimnya dilakukan pada waktu Dhuha (ﺿﺤﻰ) iaitu waktu matahari baru naik (mengikut pandangan sesetengah ulama, pada ketinggian segalah)
  • Solat tarawih - dilakukan pada waktu Isya' (lazimnya dilakukan selepas Solat isya' sebelum kemunculan waktu imsak)
  • Solat sunat gerhana - dilakukan pada waktu gerhana (matahari atau bulan) berlaku.
  • Solat sunat rawatib - dilakukan sebelum dan selepas solat fardhu. Tidak semua solat mempunyai kedua-dua solat sunat.
  • Solat sunat Tahajjut - dilakukan di waktu tengah malam selepas waktu tidur


Waktu Haram Solat Sunat

Berikut adalah waktu yang diharamkan solat sunat kecuali solat sunat yang mempunyai sebab terdahulu seperti solat qadha' fardhu, solat-solat sunat wudhu', tahiyyatul masjid, gerhana, jenazah, minta hujan dan nazar (sesetengah mengatakan bagi selain tanah haram):
  • Waktu selepas solat Subuh hingga terbit matahari.
  • Waktu mula terbit matahari (syuruk) hingga matahari berada di kedudukan pada kadar segalah (tujuh hasta).
  • Waktu rambang (zawal, istiwa, rembah) atau waktu tengahari (matahari tegak) hingga gelincir matahari kecuali hari Jumaat.
  • Waktu selepas solat Asar hingga matahari kekuningan.
  • Waktu matahari kekuningan hingga matahari terbenam.